Tuesday, April 12, 2011

What is it With Thai Movies Nowaday?

"Negeri Gajah Putih ini mulai menggempur pasar bioskop Indonesia dengan berbagai alternatif jenis film.  Tidak lagi identik dengan film horor, tapi juga drama, komedi, hingga action.  Bahkan, film-film nya berhasil bertahan berminggu-minggu di bioskop Indonesia.  Seperti yang masih diputar hingga saat ini, "Crazy Little Thing Called Love", yang bertahan lebih dari 8 minggu dan diputar di Blitz Megaplex.  Film lainnya, yang juga sempat "menghebohkan adalah "Hello Stranger".  Kedua film ini meraih sukses di negara asalnya, juga di negara-negara Asia lainnya.  Kesamaan antara keduanya, film ini mengangkat realita yang terjadi di masyarakat umumnya, dan disajikan dengan begitu menyentuh, terasa nyata.  Tidak hanya itu, wajah dan penampilan aktor berwajah tampan dan aktris berparas cantik, tidak dipungkiri, menjadi salah satu nilai jual yang membuat orang menonton atau sekedar melirik poster film yang terpajang."

"B.K.O: Bangkok Knockout", Pertaruhan Para Petarung
(source: internet)

Menyaksikan trailer “B.K.O : Bangkok Knockout”, film ini menjanjikan pertunjukan koreografi aksi yang hebat, menegangkan, berbahaya, dan realistik.  Tidak hanya itu, koreografi aksi disajikan tidak seperti kebanyakan, ada ide-ide original dalam rangkaian adegan-adegan.  Karya Sutradara Morakot Kaewthanee dan Panna Rittikrai ini memang menjadikan aksi-aksi berbahaya dan menegangkan sebagai nilai jual utama film ini.    

Film ini menceritakan sekelompok orang yang tergabung dalam klub petarung.  Dengan kemampuannya, mereka dijanjikan untuk tampil dalam film Hollywood.  Tapi ternyata, mereka dijebak untuk bertarung secara nyata di arena sungguhan, melawan para petarung lain.  Pertarungan berdarah, dengan hilangnya nyawa jadi taruhan.  Beberapa pemeran “B.K.O : Bangkok Knockout” diantaranya Poonyapat Boonkunchanok, Chatchapol Kulsiriwoottichai, Sarawoot Kumsorn, Sumret Muangput, Sorapong Chatree, Kazu Patrick Tang, Punchong Sartnork, Supaksorn Chaimongkol, dan Sena Hoi.

Meski sesuai janjinya film ini menawarkan aksi yang menegangkan, sayangnya lemah dari sisi cerita dan akting para pemeran.  Kesan setelah menonton film ini serasa melihat pertunjukan stuntshow yang menegangkan, bukan film yang mengesankan. ---


“Best of Times”, Manis dan Pahitnya Cinta
(source: internet)
Tidak mudah melupakan cinta mendalam yang pernah dialami.  Semakin ingin melupakan, semakin mengingatnya.  Sebaliknya, semakin ingin mengingat, hal itu bisa jadi terlupakan.  Hal inilah yang ingin digambarkan Sutradara Yongyoot Thongkongtoon dalam “Best Of Times”.  
Dikisahkan, Keng (Arak Amornsupasiri) mengalami pertemuan kembali dengan cinta pertamanya, Fai (Yarinda Bunnark).  Keng melepaskan cinta pertamanya itu karena Fai telah menjadi milik Ohm (James Alexander Mackie), sahabatnya sendiri.  Kabar bahwa Fai telah bercerai dari Ohm, mendekatkan Keng dan Fai.  Keng kembali merasakan debar-debar itu, sementara itu Fai belum bisa melupakan Ohm.  Pergulatan perasaan pun dialami keduanya. 
Lain cerita, pasangan Sompit (Sansanee Watananukul) dan Jamrat (Krissana Sreadthatamrong) yang telah berusia lanjut kembali menemukan gairah hidupnya saat mereka merasakan getar-getar cinta diantara keduanya.  Bahkan, perjalanan berjam-jam ditempuh Jamrat setiap harinya, demi bisa bertemu Sompit.  Tetapi, kisah mereka tidak berjalan mulus.  Sompit yang akan pindah ke Amerika mengalami dilema.  Apalagi, ternyata, Jamrat divonis menderita Alzheimer.
Akankah cinta mereka bersatu?  Tapi bagaimanapun, selalu ada kesempatan kedua untuk meraih cinta. Film drama romantis ini menyentuh, terasa nyata dan digambarkan begitu manis. ---


“The Little Comedian”, Cinta Seorang Pelawak Cilik
(source: internet)

Karya Sutradara Wittaya Thongyuyong dan Mes Tharathorn ini menghadirkan kisah membumi tentang anak yang terlahir di keluarga pelawak.  Meski semua anggota keluarganya bisa melawak, sang anak memiliki selera humor yang tidak mampu mengundang tawa.
Anak itu bernama Tock (Chawin Likitjareonpong).  Tock begitu sedih menyadari kalau dirinya tidak lucu.  Bahkan, Salmon sang adik (Nichapat Jaruratanawaree), lebih lucu dari dirinya.  Dan, Plern, ayahnya (Jaturong Pholaboon), begitu membanggakan Salmon sebagai anak pelawak.  Salmon pun selalu ikut dalam pertunjukan lawak grup komedi sang ayah.
Dalam kesedihannya, Tock merasa senang saat ada yang tertawa akan lawakannya.  Orang itu adalah Ice, dokter kulitnya (Paula Taylor).  Tock yang baru berusia 13 tahun pun jatuh hati pada sang dokter yang berusia 12 tahun lebih tua darinya.  Berbagai upaya ditempuh untuk mendekati sang dokter.  Kelucuan dan keharuan mewarnai setiap tindakan yang dilakukan Tock untuk menunjukkan rasa sukanya.  Komedi segar dengan ide cerita yang tidak umum... ---



“Crazy Little Thing Called Love”, Debaran Cinta Pertama


(source: internet)
Cinta pertama, itulah yang ingin digambarkan Sutradara Putthiphong Promsakha dan Wasin Pokpong dalam film “A Crazy Little Thing Called Love” atau “First Love”.  Pengalaman saat diam-diam memperhatikan orang yang kita suka, rasa berdebar-debar saat bertemu, dan selalu merasa bahagia untuk kejadian sekecil apapun. 
Nostalgia perasaan itu digambarkan dalam sosok Nam (Pimchanok Luevisetpaibool) dan Shone (Mario Maurer).  Nam adalah seorang gadis yang tidak terlalu menonjol di sekolahnya, tetapi menyukai Shone, seorang bintang sekolah yang tampan, baik hati, dan jago olah raga.  Sekuat tenaga Nam berusaha membuat Shone memperhatikannya.  Bahkan, Nam melakukan perubahan-perubahan diri yang membuatnya tampil berbeda.
Perlu keberanian dan tekad kuat agar bisa menyatakan perasaan terpendam itu.  Beranikah Nam menyatakan perasaannya?  Akankah Shone menerimanya? Kisah sederhana dan kocak yang menyentuh hati… Diperankan bintang Thailand yang sedang bersinar, Mario Maurer, dan Pimchanok Luevisetpaibool, pendatang baru yang diprediksi menjadi calon bintang. ---

"Cool Gel Attacks", Bersatu Hadapi Serbuan Alien
(source: internet)

Film yang lucu! Tawa seakan tidak berhenti dari awal hingga akhir film...

Dikisahkan benda asing jatuh dari langit.  Benda asing itu berbentuk seperti gel berwarna biru. Rumah seorang tukang bakpau bernama Teerachai (Jaturong Phoboon), juga kejatuhan gel biru tersebut.  

Tak terduga, gel biru tersebut membesar dan menjadi monster yang mematikan.  Teerachai berupaya membasmi mahluk biru tersebut.  Tidak hanya upaya untuk menghadapi gel biru itu, Teerachai juga harus menghadapi perseteruan dengan tetangganya, Maew (Jim Chuanchen), seorang pengusaha es batu.  Belum lagi keponakan Maew, Sommhai (Fred Nattaphong) diam-diam menaruh hati pada putri Teerachai, Moo Dong (Peak Pattarasaya). Apa upaya yang mereka lakukan untuk membasmi gel biru tersebut? ---


“Hello Stranger”, Perjalanan Berbuah Cinta

(source: internet)
Hebohnya “demam” Korea atau dikenal juga dengan Korean Wave, menulari seorang perempuan muda, sebut saja May (Neungtida Sophon), yang begitu berani melakukan perjalanan backpacker sendirian ke Korea dengan niat mengunjungi lokasi syuting drama Korea yang ditontonnya.  Bahkan berbohong pada pacarnya yang begitu protektif.  Tetapi pada akhirnya, setelah kebohongan May diketahui pacarnya, hubungan mereka pun berakhir. 
Dalam kesendiriannya, May berkenalan dengan Darng (Chantavit Dhanasevi), seorang lelaki muda yang baru saja tersakiti karena ditinggalkan kekasihnya.  Seharusnya Darng pergi dengan mantan kekasihnya, tetapi akhirnya pergi sendiri karena hubungannya berakhir.
Sama-sama mengalami kondisi sedih putus cinta, mereka berbagi banyak cerita dalam perjalanannya itu.  Keduanya pun menjadi makin dekat.  Tanpa disadari, hanya dalam waktu singkat, tumbuh rasa suka dan berkembang menjadi cinta. 
Sedikit banyak, jalan cerita tentu sudah bisa tertebak...  Jalannya cerita mengalir secara alami, dengan adegan-adegan konyol mengundang tawa, terasa nyata seperti layaknya keseharian hidup. ---


“Bangkok Traffic (Love) Story”, Pencarian Cinta di Usia 30
(source: internet)

Ide cerita film ini sederhana, dengan penggambaran yang realistis, menyentuh realita hidup warga Kota Bangkok, khususnya wanita pekerja.  Saat ini banyak wanita bekerja dan mandiri.  Dampak dari kemandirian, banyak wanita pekerja yang belum mendapatkan pasangan, padahal usia telah mencapai kepala tiga.  Realita ini yang berusaha digambarkan melalui BTLS.
Kisah dimulai dengan kesedihan Li (Sirin Horwang atau dikenal juga Chris Horwang), yang merasa kesepian melajang di usianya ke-30.  Apalagi teman-temannya sudah menikah.  Suatu ketika, dalam kesedihannya, tanpa sadar mobil yang dikemudikannya menabrak pinggiran jalan dan hampir mengenai warung pinggir jalan.  Saat itulah, Li bertemu dengan Loong (Theeradej Wongpuapan), seorang engineer di BTS Skytrain System.  Loong yang tampan dan simpatik berhasil menarik hatinya.
Sejak itu, Li bertekad untuk menjadikan Loong sebagai kekasihnya.  Perjuangan Li tidaklah mudah, kesialan demi kesialan menghampirinya.  Belum lagi, keluguan dan kekonyolan sikap Li saat bertemu Loong.  Semuanya menjadi kelucuan yang mengundang tawa.  Lalu lintas Bangkok menjadi saksi perjuangannya. ---

No comments:

Post a Comment